Matahari
terbit dari timur seperti biasa untuk mengawali hariku. Berjalan begitu saja
melewati semua aktifitas seperti sedia kala ku lakukan. Rutinitas yang telah
membelenggu tidak bisa lepas. Mencari sesuatu yang baru pun hanya sekejap untuk
menghiasi rutinitas yang telah terjadi. Tapi dititik jenuhku, aku merasakan hal
yang berbeda di saat melihat kenyataan bahwa aku hanya memiliki satu sayap
saja. Aku tersadar dari kehidupan yang begitu penat. Mataku terbuka saat aku
mulai merasakan sayap ini membutuhkan pasangannya. Aku tersadar dari istirahat
panjangku. Hatiku pun bertanya-tanya kemana sayapku yang kokoh dan indah itu ku
buang. Kemana kini sayap yang indah nan suci itu ku lepas. Mencari arti dibalik
kebingunganku aku kembali tersadar dari ingatanku bahwa aku telah melepas sayap
itu disaat dulu kutemukan sayap yang putih. Kulepas sayap yang using walaupun
inah nan suci tersebut tanpa ku lihat betapa setianya sayap itu menemani
diwaktuku yang penuh dengan kegaduhan.
Kini sayap
putih yang dulu kedapatkan sudah pergi dengan sendirinya tanpa melihat siapa
aku. Apakah karma bagiku? Ataukah peringatan dari yang kuasa?. Aku coba menatap
kedepan dengan kubusungkan dadaku dan ku tegakkan paruhku. Berjalan seakan aku
memiliki sepasang sayap. Terbang seakan sayapku benar benar kuat dan siap
menerpa angin. Namun semua itu semakin gelap. Kepura-puraan ku hanya
menimbulkan fatamorgana sepasang sayap yang menjadi sebuah bualan konyol. Dan kini
kepalaku tertunduk disaat aku melihat sayap indah nan suci yang dulu menemaniku
dengan kesetiaan telah menghiasi sebuah merpati jantan yang mungkin mengesankan
baginya. Apakah ini karma bagiku? Ataukah tamparan dari yang Maha Kuasa?. Aku coba
menatap mereka dengan senyuman yang menyesakkan dada dan membuat paruhku
semakin melunak.
Kini aku
terbangun dari fatamorgana yang begitu menenggelamkanku. Membuatku percaya akan
keyakinan melepas sayap yang begitu setia menemani ku terbang dimasa lalu itu. Fatamorgana
yang telah merusak semuanya hingga tak tahu kini apa yang harus kulakukan. Karena
fakta telah mengalahkan segalanya dan membuatku harus menyesal disaat aku
merasakan keindahan yang telah ku buang sia-sia.c
Berputarlah waktu,
matahari terus mengawali hariku dari ufuk timur. Terkadang terpikirkan olehku
matahari mampu mengawali hariku dari ufuk barat agar semua benar-benar hancur
dan sia-sia. Kucoba tegakkan dada ku, namun hanya 3 tarikan nafas dan rasa
sakit itu mengalahkan usaha ku. Ku coba tegakkan kepala dan kuluruskan paruhku
namun 5 kali terhembus angin paruh ini tidak mampu bertahan. Pada akhirnya,
secercah sinar diufuk timur di akhir masa matahari dihariku. Apakah itu
matahari untukku agar ku mampu memutar balikkan waktu? Semakin kudekati sinar
itu, kupercepat langkah ini dan kutemukan sayap yang terbalut keemasan. Kucari tahu
asal usul sayap emas ini. Akhirnya kuambil sayap itu untuk melengkapi hariku.
Seiring berjalannya
waktu sayap emas ini mulai menguatkan batin dan jiwa ku. Sayap ini mampu
menyeimbangi kehidupanku. Sayap ini kokoh dan kuat untukku menerpa angin. Namun
yang kupertanyakan mengapa hati ini tidak mampu membohongi bahwa sayap suci
yang kulepas masih membayangi hati dan pikiranku walaupun aku kini telah
bersayap emas. Waktu di depan masih begitu panjang dan sayap putih itu tengah
merasakan terbang bersama kebahagiannya dan aku terbang bersama keemasanku. Masa
depan yang tak mampu ketembus dengan logika membuatku semakin sadar bahwa
penyesalan yang kurasakan saat ini menjadikan kepakan sayapku dengan
keemasannya akan tidak seimbang dan gagal menerpa angin. Tapi sekali lagi
kenyataan telah mengalahkan akal dan pikiranku untuk melepas sayap putih, dan
menangkap sayap emas ini. Haruskah kupersalahkan keputusanku dahulu? Apakah harus
kupersalahkan takdir? Haruskah bertahan dengan sayap ini dan kemasannya? Ataukah
harus ku nanti sayap suci dan keindahannya untuk keselarasan masa depanku
nanti?. Tuhan bantu makhlukmu yang hina ini untuk mengepakkan sayap menuju masa
depanku yang cerah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar